Pada awal Era Showa Jepang (1926-1989) saat industrialisasi berkembang pesat, memanen daun teh menggunakan mesin untuk membantu memenuhi pemintaan teh yang meningkat. Akibatnya dihasilkan lebih banyak limbah seperti tangkai, ranting, batang dan daun teh. Pada saat itu seorang pedagang membawa sisa teh (tangkai, ranting, batang dan daun teh) ke Universitas Kyoto untuk berkonsultasi dengan seorang profesor. Dari konsultasi tersebut didapatkan ide untuk memanggang sisa teh tersebut. Pedagang tersebut kemudian memanggang sisa teh diatas arang dengan suhu tinggi dan didapatkan produk akhir Hojicha yang memiliki warna kecoklatan dan aroma panggang yang kuat. Setelah itu, konsumsi Hojicha meningkat di penjuru Jepang.
Salah satu cara untuk menyajikan Hojicha adalah hojicha powder dicampur dengan susu bubuk dan gula atau biasa disebut dengan minuman hojicha Latte. Biasanya produk ini dinikmati untuk minuman secara panas maupun dingin. Memiliki nama “Latte” dibelakangnya merujuk pada susu yang terkandung dalam produk ini bukan karena ada kandungan kopi didalamnya.
Hojicha Latte memiliki kafein yang rendah yang bagus untuk yang memiliki toleransi kafein yang rendah. Selain itu Hojicha Latte juga memiliki kandungan antioksidan yang bagus untuk kesehatan tubuh. (Teh63)